Tugas Kelompok
Ilmu dan Teknologi Benih
PROSES PERKECAMBAHAN MORFOLOGI PADA BENIH
Disusun Oleh :
Angeline Loisye W G111
12 259
Sinta Sintiara G111 12 044
Asfar Amar G111 12 274
Muhammad Harianto G111 12 295
Irwan G111 12
255
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2014
KATA PENGANTAR
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa
menyertai segala usaha kita. Amin.
Makassar, Februari 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar........................................................................................................... 2
Daftar
Isi...................................................................................................................... 3
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang................................................................................................. 4
1.2.
Rumusan Masalah............................................................................................ 5
1.3.
Tujuan Penulisan.............................................................................................. 5
Bab 2 PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian perkecambahan morfologi.............................................................. 6
2.2. Faktor-faktor perkecambahan..........................................................................
2.3Morfologi
pada benih (biji)................................................................................ 7
Bab
3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan....................................................................................................
3.2. Saran..............................................................................................................
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Biji yang memenuhi kriteria
tertentu dapat dijadikan benih. Benih tanaman yang ditumbuhkan pada media semai
yang mengandung air akan tumbuh dan berkembang menjadi bibit. Pertumbuhan bibit
sangat tergantung pada cadangan makanan di dalam benih (endosperm). Cadangan makanan
dalam benih adalah karbohidrat, lemak dan protein. Benih yang ditumbuhkan pada
media semai akan melakukan proses perkecambahan (germination).
Biji merupakan bagian yang berasal
dari bakal biji dan di dalamnya mengandung calon individu baru, yaitu lembaga.
Lembaga akan terjadi setelah terjadi penyerbukan atau persarian yang diikuti
oleh pembuahan. Biji
adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Dari sudut
pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi
sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk
pertumbuhan.
Perkecambahan
merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tanaman berbiji.
Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan. Perkecambahan biji monokotil dan
dikotil memiliki perbedaan. Baik dari segi struktur maupun
pertumbuhannya. Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil
dari biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam biji.
Jika suatu biji tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan memadai,
biji tersebut akan berkecambah.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun Rumusan
Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses perkecambahan benih?
2. Bagaimana faktor-faktor perkecambahan?
3. Bagaimana morfologi benih?
1.3.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari makalah proses
perkecambahan morfologi pada benihadalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses
perkecambahan benih
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor perkecambahan
3. Untuk
mengetahui morfologi benih
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkecambahan Morfologi
Perkecambahan
merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini
adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat
perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula
tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Proses perkecambahan benih
merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi,
fisiologi dan biokimia. Tahap-tahap yang terjadi pada proses
perkecambahan benih adalah:
- penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit
benih dan hidrasi dari protoplasma.
- terjadi kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim
serta naiknya tingkat respirasi benih.
- terjadi penguraian bahan-bahan seperti
karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan
ditranslokasikan ke titik-titk tumbuh.
- asimilasi dari bahan-bahan tersebut di atas
pada daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi pertumbuhan
sel-sel baru.
- pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh.
Sementara daun belum dapat
berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat
tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji.
Proses perkecambahan morfologis merupakan
tahapan setelah proses pengangkutan makanan dan pernapasan. Perkecambahan
morfologis masih meliputi pembelahan dan pemanjangan sel, tetapi lebih
dikaitkan dengan pertumbuhan embryonic axis yang dapat dilihat atau diamati
dengan mata telanjang yaitu keluarnya radikula dan atau plumula dari kulit
biji.
Proses perkecambahan morfologis meliputi
pertumbuhan embryonic axis sebagai akibat pembelahan sel yang diikuti
pemanjangan dan pembesaran sel sehingga tumbuh radikula dan plumula menjadi
bibit yang normal. Tanaman padi memiliki tipe perkecambahan hipogeal dimana
munculnya radikula diikuti dengan pemanjangan plumula, Hipokotil tidak
memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon berada di dalam kulit
benih di bawah permukaan tanah. Kotiledon yang di sini disebut scutellum, tetap
tinggal di dalam tanah. Scutellum berfungsi sebagai organ penyerap makanan dari
endosperma dan menghantarkannya kepada embryonic axis yang sedang tumbuh.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkecambahan
Perkecambahan
benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan
benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar
yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya.
Ø Tingkat Kemasakan Benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat
kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena
belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum
sempurna. Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20
persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak
fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh
maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain
benih mempunyai mutu tertinggi.
Ø Ukuran Benih
Benih yang berukuran besar dan berat
mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil
pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan
digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan . Berat
benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat
benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada
saat dipanen.
Ø Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila
benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan
pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu
keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada
dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban
yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai .
Ø Penghambat Perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat
perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di
permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan
yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
Faktor Luar
Ø Air
Penyerapan air oleh benih
dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah
air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang
diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan
air turut dipengaruhi oleh suhu . Perkembangan benih tidak akan dimulai bila
air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen. Benih mempunyai
kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu
basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta
busuknya benih karena cendawan atau bakteri.
Ø Suhu
Suhu optimal adalah yang paling
menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan
tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C. Suhu juga
mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh
berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh
gibberallin.
Ø Oksigen
Respirasi dan dipengaruhi oleh suhu,
mikro-organisme yang terdapat dalam benih. Menurut Kamil (1979) umumnya benih
akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen
CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen
yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya
oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
Ø Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk
perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman . Adapun besar
pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya,
kualitas cahaya, lamanya penyinaran. Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan
benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya
mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan,
golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana
benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
Ø Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan
haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap
air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan. Pengujian
viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan
tanah.
2.3 Morfologi pada benih (biji)
Setelah terjadinya penyerbukan dan yang diikuti
pembuahan, bakal buah tumbuh menjadi buah, dan bakal biji tumbuh menjadi
biji.Pada tumbuhan biji (Spermatophyta), biji merupakan alat
perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung lembaga atau calon tumbuhan
baru.
Biji duduk pada suatu tangkai yang keluar dari papan
biji atau tembuni (placenta).Tangkai pendukung dari biji tersebut
disebut tali pusar (funiculus).Bagian biji tempat pelekatan tali pusar
dinamakan pusar biji (hilus). Jika biji sudah masak maka tali pusarnya
akan terputus, sehingga biji terlepas dari tembuninya. Bekas tali pusar umumnya
akan nampak jelas pada biji.
Pada biji umumnya memiliki bagian-bagian sebagai
berikut:
Ø Kulit biji (spermodermis)
Ø Tali pusar (funiculus)
Ø Inti biji
atau isi biji (nucleus seminis)
Gambar 1. (a) Biji Dikotil. (b) Biji
Monokotil
A. Kulit Biji (Spermodermis)
Kulit biji
dari tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) terdiri dari dua lapisan,
yaitu:
Ø Lapisan
kulit luar (testa). Lapisan ini mempunyai sifat yang bermacam-macam ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit, ada
yang keras seperti kayu dan batu.Bagian ini merupakan pelindung utama bagi biji
yang ada didakamnya.
Ø Lapisan
kulit dalam (tegmen). Biasanya tipis seperti selaput sering kali juga
dinamakan kulit ari.
Pada tumbuhan
biji telanjang (Gymnospermae) terdapat
tiga lapisan, contohnnya
pada buah
melinjo (Gnetum genemon L.) Ketiga
lapisan kulit biji
tersebut, yaitu :
Ø Kulit tengah
(sclerolesta), suatu lapisan yang kuat dan keras, berkayu,mempunyai kulit dalam (endocarpium) pada buah batu.
Ø
Kulit dalam (endotesta), biasanya tipis seperti selaput, seringkali melekat
erat pada biji.
Gambar 2. biji Melinjo
Jika diadakan pemeriksaan yang teliti terhadap keadaan
kulit luar biji berbagai jenis tumbuhan, maka pada kulit luar biji itu masih dapat ditemukan
bagian-bagian lain, misalnya :
1. Sayap
(ala), berbagai jenis tumbuhan mempunyai alat tambahan yang berupa sayap
pada kulit luar biji dan dengan demikian biji tumbuhan tersebut mudah
dipencarkan oleh angin. Biji yang bersayap contohnya
adalah pada
tanaman spatodea (Spathodea campanulata P.B.), kelor (Moringa
oleifera Lamk.)
2. Bulu
(coma), yaitu penonjolan sel-sel kuli biji yang berupa rambut-rambut
yang halus. Bulu-bulu ini mempunya fungsi seperti sayap, yaitu memudahkan biji
untuk terterbangkan oleh tiupan angin. Contoh: kapas (Gossypium), biduri
(Calotropis gigantea Dryand.)
3. Salut
biji (arillus), yang biasanya berasal dari pertumbuhan tali pusar,
misalnya pada biji durian (Durio zibethinus Murr.)
4. Salut
biji semu (arillodium), seperti sallut biji, tetapi tidak berasal dari
tali pusar, melainkan tumbuh dari bagian sekitar liang bakal biji (micropyle).
Macis pada biji pala adalah suatu salut biji semu.
5. Pusar
biji (hilus), yaitu bagian kulit biji yang merupakan bekas perlekatan
degan tali pusar, biasanya telihat kasar dan mempunyai warna yang berlainan
dengan bagain lain kulit biji. Misal: kacang panjang (Vigna sinensis
Endl.) kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) dll.
6. Liang biji (micropyle), ialah liang kecil bekas
jalan masuknya buluh sebuk sari ke dalam bakal biji pada peristiwa pembuahan.
7. Bekas berkas pembuluh pengangkut (chalaza),
yaitu tempat pertemuan integumen degan nuselus, masih terlihat jelas pada biji
anggur (Vitis vinifera L.)
8. Tulang biji (raphe), yaitu terusan tali pusar
pada biji, biasanya hanya kelihatan pada biji yang berasal dari bakal biji yang mengangguk
(anatropus) dan pada biji biasanya tak begitu jelas lagi. Masih terlihat pada biji jarak (Ricinus communis
L.).
B. Tali Pusar (Funiculus)
Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji
dengan tembuni, jadi merupakan tangkainya biji.Jika biji masak, biasanya biji
terlepas dari tali pusar biji.Dan pada biji hanya tampak bekasnya yang dikenal
sebagai pusat biji.
C. Inti Biji (Nucleus
Seminis)
Yang dinamakan inti biji ialah semua bagian biji yang
terdapat di dalam kulitnya, oleh sebab itu inti biji juga dapat dinamakan isi
biji.
Inti biji
terdiri atas :
a. Lembaga (Embryo)
Lembaga adalah calon tumbuhan baru yang nantinya akan
tumbuh menjadi tumbuhan
baru setelah biji memperoleh syarat-syarat yang diperlukan.
o
Akar lembaga atau calon akar (radicula), yang
biasanya kemudian tumbuh terus menjadi akar tunggang. Akar lemabaga ini
ujungnya menghadap ke arah liang biji dan pada perkecambahan biji, akar itu
akan menembus kulit biji dan keluar melalui liang tadi.
o
Daun lembaga (cotyledon), merupakan daun yang pertama kali tumbuh.
Fungsi daun lembaga bisa memiliki
fungsi yang berbeda-beda, yaitu :
· Sebagai
tempat penimbunan makanan
· Sebagai
tempat melakukan asimilasi
· Sebagai alat
penghisab makanan untuk lembaga dari putihlembaga
o
Batang lembaga (cauliculus) yang sering dapat
dibedakandalam dua bagian, yaitu:
· Ruas batang
di atas daun lembaga (internodium epicotylum),
· Ruasbatang
di bawah daun lembaga (internodiumhypocotylum),
b. Putih Lembaga (Albumen)
Putih lembaga adalah bagian biji yang terdiri atas
suatu jaringan yang menjadi tempat cadangan makanan lembaga, tidak setiap biji
mempunyai putih lembaga. Melihat asalnya jaringan yang menjadi tempat
penimbunan zat makanan cadangan tadi kita dapat membedakan putih lembaga dalam
:
Ø Putih
lembaga dalam (endospermium), jika jaringan penimbun makanan itu terdiir
atas sel-sel yang berasal dari initi kandung lembaga sekunder yang kemudian
setelah di buahi oleh salah satu inti sperma lalu membelah-belah menjadi jaringan
penimbun makanan ini.
Ø
Putih lembaga luar (perispermium),
jika bagian ini berasal dari bagian biji di luar kandung lembaga entah dari
nuselus atau dari selaput bakal biji.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah
kami, maka dapat disimpulkan bahwa :
a)
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan
embrio.
b)
Proses perkecambahan
morfologis merupakan tahapan setelah proses pengangkutan makanan dan
pernapasan.
c)
Proses perkecambahan
morfologis meliputi pertumbuhan embryonic axis sebagai akibat pembelahan sel
yang diikuti pemanjangan dan pembesaran sel sehingga tumbuh radikula dan
plumula menjadi bibit yang normal.
d)
Pada biji umumnya memiliki bagian-bagian sebagai
berikut:
·
Kulit biji (spermodermis)
·
Tali pusar (funiculus)
·
Inti biji atau isi biji (nucleus seminis)
3.2.
Saran
Diharapkan
dengan adanya makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang proses
perkecambahan morfologi benih. Dan dapat memberikan pengetahuan khususnya pada
penulis makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Fahn, A. 1995. Anatomi
Tumbuhan. Jogja : Gajah Mada Univercity Press Hidayat, Estiti .B.
1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Yatim,
Wildan. 2007. Kamus Biologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia