Rabu, 26 November 2014

LAPORAN SURVEI LAPANGAN KONSERVASI TANAH DAN AIR

I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di bumi, dimana tanah digunakan sebagai wadah atau tempat tumbuhnya berbagai jenis tanaman yang berguna bagi makhluk hidup seperti manusia dan hewan. Tetapi tanah juga bisa mendatangkan bencana bagi makhluk hidup.
Di Indonesia khususnya, sering terjadi berbagai macam bencana alam yang datang silih berganti, seperti : banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain. Bencana alam tanah longsor disebabkan adanya erosi tanah akibat dari tanah gundul yang tidak dapat menahan air hujan yang turun ke bumi dengan jumlah yang sangat besar.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini deperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak terata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya.
Konservasi tanah sangat penting untuk mengatasi degradasi lahan yang merupakan salah satu dari empat ancaman utama terhadap pelaksanaan RPPK, khususnya pada sektor pertanian di mana ketahanan pangan menjadi salah satu pilar utama. Keempat ancaman tersebut adalah: (1) pelandaian dan stagnasi produktivitas padi akibat kemandegan implementasi inovasi teknologi, (2) ketidakstabilan produksi padi akibat cekaman hama dan penyakit serta iklim, (3) degradasi sumber daya pertanian, terutama lahan dan air, serta (4) konversi lahan pertanian.
Berdasarkan uraian singkat diatas, maka dianggap perlu untuk melakukan praktikum lapangan ini.



1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum lapangan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan teras vegetative dengan menggunakan patok dari pohon gamal.



II.    Kondisi Umum Lokasi
2.1  Letak lokasi
Kabupaten Gowa dengan letak geografis wilayah antara 5° 17 38,6 LS sampai dengan 119° 36 20,3 BT Praktikum lapang Dusun manyampa desa tana karaeng, Kecamatan Manuju, Kabupaten  Gowa, Sulawesi Selatan. Adapun letak administratifnya yakni :
Sebelah utara               : Desa Moncongloe, Kec. Manuju
Sebelah timur              : Desa Pattalikkang, kec. Manuju
Sebelah selatan            : Desa Bissoloro, kec. Bungaya
Sebelah barat               : Desa Towat, kec. Polombangkeng Utara
2.2  Kondisi Biogeofisik
Lingkungan biogeofisik adalah suatu bentuk keseimbangan ekosistem yang dinamis antar komponen-komponen lingkungan hidup manusia seperti air, tanah, udara dan keanekaragaman hayati. Wilayah ini merupakan wilayah yang memiliki dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran tinggi daerah ini memiliki kemiringan sekitar 10 sampai 30˚. Pada daerah ini tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik. Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi. Tanah pada daerah ini memiliki pH sekitar 5 sampai 6.




III. METODE PELAKSANAAN
3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan dilaksanakan pada hari selasa, 27 Mei 2014 pada pukul 07.00 wita sampai 13.00 wita lapang di Dusun manyampa, Desa Tana Karaeng, , Kecamatan Manuju, Kabupaten  Gowa, Sulawesi Selatan.
3.2  Alat dan Bahan
Pada Praktikum Pembuatan Teras ini alat yang digunakan berupa alat pengukur kemiringan, parang, peta RBI, GPS, selang, meteran, alat tulis menulis dan kamera.
Adapun bahan yang digunakan yaitu air, patok dari gamal dan ranting dedaunan atau semak belukar.
3.3  Prosedur Pelaksanaan
Prosedur percobaan pada praktikum lapangan ini adalah :
1.             Mengisi selang dengan air,
2.             Mengambil pohon gamal untuk dijadikan patok ukuran panjang 70 cm menggunakan parang dan dua patok dengan ukuran yang lebih tinggi,
3.             Patok ukuran yang lebih tinggi dari 70 cm dijadikan penanda,
4.             Memasang patok pada suatu titik dengan  jarak antar patok 0.5 meter atau 1 meter dan jarak antar patok kelompok lain yaitu 5 meter,
5.             Pada penempatan tiap patok dalam garis kontur  menggunakan tolak ukur dari selang, yaitu jika air pada ujung yang satu dengan ujung yang satu lagi sama maka disitulah titik penempatan patok, hal ini dilakukan untuk mengetahui persamaan ketinggian tiap titik kontur teras, dan
6.             Memberikan vegetasi pada garis kontur.
7.             Menghitung kemiringan lereng dengan menggunakan alat pengukur kemiringan.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil
          Gambar hasil pembuatan teras pada praktikum lapang Konservasi Tanah dan Air yaitu :
 
          Gambar 1. Pembuatan Patok                 Gambar 2.  Pengukuran Jarak Patok
          Gambar 3. Penanaman Patok               Gambar 4. Kesesesuaian Kemiringan
4.2.    Pembahasan
Setelah melakukan praktikum lapang  Konservasi Tanah dan Air maka didapatkan hasil bahwa untuk tehnik konservasi tanah dengan tanah yang memiliki kemiringan 10 - 30˚ dapat menggunakan metode vegetative, hal ini dilakukan untuk mengurangi erosi. Pada hasil perhitungan kemiringan lereng didapatkan hasil yaitu 15˚. Sesuai dengan pendapat Hamilton (1997) bahwa Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu Daerah Aliran Sungai. Menurut Sukirno (1995) Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat: (1) memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah, (2) penutupan lahan oleh serasah dan tajuk mengurangi evaporasi, (3) disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah penyerapan air (infiltrasi) dan mencegah terjadinya erosi.
Menurut Harsono (1995) Penutupan tanah dengan vegetasi dapat meningkatkan infiltrasi karena perakaran tanaman akan memperbesar granulasi dan porositas tanah, disamping itu juga mempengaruhi aktifitas mikroorganisme yang berakibat pada meningkatkan porositas tanah . Selanjutnya air masuk melalui infiltrasi tetap tersimpan karena tertahan oleh tanaman penutup di bawahnya atau sisa-sisa tanaman berupa daun yang sifatnya memiliki penutupan yang rapat sehingga menekan evaporasi.
            Dalam konservasi tanah metode vegetative ini kami membuat teras vegetasi , teras vegetasi dibuat dengan cara membuat garis kontur dan memberikan vegetasi pada garis kontur tersebut. Tanaman yang digunakan pada pembuatan garis kontur yaitu tanaman gamal, karena tanaman gamal dapat tumbuh dengan baik dan cepat. Fungsi utama teras vegetasi adalah memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak, dan meningkatkan laju infiltrasi tanah.



V.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Bahwa untuk tehnik konservasi tanah dengan tanah yang memiliki kemiringan sekitar 10 - 30˚ dapat menggunakan metode vegetative, hal ini dilakukan untuk mengurangi erosi.
2.      Teras vegetasi dibuat dengan cara membuat garis kontur dan memberikan vegetasi pada garis kontur tersebut.
3.      Fungsi utama teras vegetasi adalah memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak, dan meningkatkan laju infiltrasi tanah.



DAFTAR PUSTAKA
Hamilton, L.S. dan P.N.King, 1997. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika (Tropical Forested Watersheds). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Harsono, 1995. Hand Out Erosi dan Sedimentasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sukirno, 1995. Hand Out Teknik Konservasi Tanah. Program Studi Teknik Pertanian Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.




 KONSERVAS

PROSES PERKECAMBAHAN MORFOLOGI PADA BENIH

Tugas Kelompok
Ilmu dan Teknologi Benih

PROSES PERKECAMBAHAN MORFOLOGI PADA BENIH
Disusun Oleh :

Angeline Loisye W                                        G111 12 259  
Sinta Sintiara                                                 G111 12 044
Asfar Amar                                                    G111 12 274
Muhammad Harianto                                   G111 12 295
Irwan                                                              G111 12 255  


Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2014


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “PROSES PERKECAMBAHAN MORFOLOGI PADA BENIH” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu dan teknologi benih.Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita tentang proses perkecambahan morfologi pada benih tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa menyertai segala usaha kita. Amin.




Makassar, Februari 2014

Penyusun









DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................................... 2
Daftar Isi...................................................................................................................... 3
Bab 1 PENDAHULUAN
      1.1. Latar Belakang................................................................................................. 4
      1.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 5
      1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 5
Bab 2 PEMBAHASAN
      2.1. Pengertian perkecambahan morfologi.............................................................. 6
      2.2. Faktor-faktor perkecambahan..........................................................................
      2.3Morfologi pada benih (biji)................................................................................ 7
Bab 3 PENUTUP
     3.1. Kesimpulan....................................................................................................
     3.2. Saran..............................................................................................................
Daftar Pustaka















BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Biji yang memenuhi kriteria tertentu dapat dijadikan benih. Benih tanaman yang ditumbuhkan pada media semai yang mengandung air akan tumbuh dan berkembang menjadi bibit. Pertumbuhan bibit sangat tergantung pada cadangan makanan di dalam benih (endosperm). Cadangan makanan dalam benih adalah karbohidrat, lemak dan protein. Benih yang ditumbuhkan pada media semai akan melakukan proses perkecambahan (germination).
Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di dalamnya mengandung calon individu baru, yaitu lembaga. Lembaga akan terjadi setelah terjadi penyerbukan atau persarian yang diikuti oleh pembuahan. Biji adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tanaman berbiji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan. Perkecambahan biji monokotil dan dikotil memiliki perbedaan. Baik dari segi struktur maupun  pertumbuhannya. Perkecambahan  adalah munculnya plantula (tanaman kecil dari biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam biji. Jika suatu biji tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan memadai, biji tersebut akan berkecambah.      
1.2.  Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana proses perkecambahan benih?
2.      Bagaimana faktor-faktor perkecambahan?
3.      Bagaimana morfologi benih?



1.3.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah proses perkecambahan morfologi pada benihadalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui proses perkecambahan benih
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor perkecambahan
3.      Untuk mengetahui morfologi benih

























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkecambahan Morfologi
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.  Tahap-tahap yang terjadi pada proses perkecambahan benih adalah:
  1. penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma.
  2. terjadi kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih.
  3. terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titk tumbuh.
  4. asimilasi dari bahan-bahan tersebut di atas pada daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi pertumbuhan sel-sel baru.
  5. pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh.
Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji.
Proses perkecambahan morfologis merupakan tahapan setelah proses pengangkutan makanan dan pernapasan. Perkecambahan morfologis masih meliputi pembelahan dan pemanjangan sel, tetapi lebih dikaitkan dengan pertumbuhan embryonic axis yang dapat dilihat atau diamati dengan mata telanjang yaitu keluarnya radikula dan atau plumula dari kulit biji.
Proses perkecambahan morfologis meliputi pertumbuhan embryonic axis sebagai akibat pembelahan sel yang diikuti pemanjangan dan pembesaran sel sehingga tumbuh radikula dan plumula menjadi bibit yang normal. Tanaman padi memiliki tipe perkecambahan hipogeal dimana munculnya radikula diikuti dengan pemanjangan plumula, Hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon berada di dalam kulit benih di bawah permukaan tanah. Kotiledon yang di sini disebut scutellum, tetap tinggal di dalam tanah. Scutellum berfungsi sebagai organ penyerap makanan dari endosperma dan menghantarkannya kepada embryonic axis yang sedang tumbuh.
 











2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan
Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya.
Ø  Tingkat Kemasakan Benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna. Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi.
Ø  Ukuran Benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan . Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.
Ø  Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai .
Ø  Penghambat Perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
Faktor Luar
Ø  Air            
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu . Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen. Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri.
Ø  Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C. Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
Ø  Oksigen
Respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih. Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
Ø  Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman . Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran. Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
Ø  Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan. Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.
2.3 Morfologi pada benih (biji)
Setelah terjadinya penyerbukan dan yang diikuti pembuahan, bakal buah tumbuh menjadi buah, dan bakal biji tumbuh menjadi biji.Pada tumbuhan biji (Spermatophyta), biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung lembaga atau calon tumbuhan baru.
Biji duduk pada suatu tangkai yang keluar dari papan biji atau tembuni (placenta).Tangkai pendukung dari biji tersebut disebut tali pusar (funiculus).Bagian biji tempat pelekatan tali pusar dinamakan pusar biji (hilus). Jika biji sudah masak maka tali pusarnya akan terputus, sehingga biji terlepas dari tembuninya. Bekas tali pusar umumnya akan nampak jelas pada biji.
Pada biji umumnya memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
Ø  Kulit biji (spermodermis)
Ø  Tali pusar (funiculus)
Ø  Inti biji atau isi biji (nucleus seminis)
Gambar 1. (a) Biji Dikotil. (b) Biji Monokotil
A. Kulit Biji (Spermodermis)
Kulit biji dari tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) terdiri dari dua lapisan, yaitu:
Ø  Lapisan kulit luar (testa). Lapisan ini mempunyai sifat yang bermacam-macam ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit, ada yang keras seperti kayu dan batu.Bagian ini merupakan pelindung utama bagi biji yang ada didakamnya.
Ø  Lapisan kulit dalam (tegmen). Biasanya tipis seperti selaput sering kali juga dinamakan kulit ari.
Pada tumbuhan biji telanjang (Gymnospermae) terdapat tiga lapisan, contohnnya pada buah melinjo (Gnetum genemon L.) Ketiga lapisan kulit biji tersebut, yaitu :
Ø  Kulit tengah (sclerolesta), suatu lapisan yang kuat dan keras, berkayu,mempunyai kulit dalam (endocarpium) pada buah batu.
Ø  Kulit dalam (endotesta), biasanya tipis seperti selaput, seringkali melekat erat pada            biji.

Gambar 2. biji Melinjo

Jika diadakan pemeriksaan yang teliti terhadap keadaan kulit luar biji berbagai jenis tumbuhan, maka pada kulit luar biji itu masih dapat ditemukan bagian-bagian lain, misalnya :
1.  Sayap (ala), berbagai jenis tumbuhan mempunyai alat tambahan yang berupa sayap pada kulit luar biji dan dengan demikian biji tumbuhan tersebut mudah dipencarkan oleh angin. Biji yang bersayap contohnya 
adalah pada tanaman spatodea (Spathodea campanulata P.B.), kelor (Moringa oleifera Lamk.)
2.  Bulu (coma), yaitu penonjolan sel-sel kuli biji yang berupa rambut-rambut yang halus. Bulu-bulu ini mempunya fungsi seperti sayap, yaitu memudahkan biji untuk terterbangkan oleh tiupan angin. Contoh: kapas (Gossypium), biduri (Calotropis gigantea Dryand.)
3.  Salut biji (arillus), yang biasanya berasal dari pertumbuhan tali pusar, misalnya pada biji durian (Durio zibethinus Murr.)
4.  Salut biji semu (arillodium), seperti sallut biji, tetapi tidak berasal dari tali pusar, melainkan tumbuh dari bagian sekitar liang bakal biji (micropyle). Macis pada biji pala adalah suatu salut biji semu.
5.   Pusar biji (hilus), yaitu bagian kulit biji yang merupakan bekas perlekatan degan tali pusar, biasanya telihat kasar dan mempunyai warna yang berlainan dengan bagain lain kulit biji. Misal: kacang panjang (Vigna sinensis Endl.) kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) dll.
6.   Liang biji (micropyle), ialah liang kecil bekas jalan masuknya buluh sebuk sari ke dalam bakal biji pada peristiwa pembuahan.
7.   Bekas berkas pembuluh pengangkut (chalaza), yaitu tempat pertemuan integumen degan nuselus, masih terlihat jelas pada biji anggur (Vitis vinifera L.)
8.   Tulang biji (raphe), yaitu terusan tali pusar pada biji, biasanya hanya kelihatan pada biji yang berasal dari bakal biji yang mengangguk (anatropus) dan pada biji biasanya tak begitu jelas lagi. Masih terlihat pada biji jarak (Ricinus communis L.).
B. Tali Pusar (Funiculus)
Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni, jadi merupakan tangkainya biji.Jika biji masak, biasanya biji terlepas dari tali pusar biji.Dan pada biji hanya tampak bekasnya yang dikenal sebagai pusat biji.
C. Inti Biji (Nucleus Seminis)
Yang dinamakan inti biji ialah semua bagian biji yang terdapat di dalam kulitnya, oleh sebab itu inti biji juga dapat dinamakan isi biji.
Inti biji terdiri atas :
a. Lembaga (Embryo)
Lembaga adalah calon tumbuhan baru yang nantinya akan tumbuh menjadi tumbuhan baru setelah biji memperoleh syarat-syarat yang diperlukan.
o   Akar lembaga atau calon akar (radicula), yang biasanya kemudian tumbuh terus menjadi akar tunggang. Akar lemabaga ini ujungnya menghadap ke arah liang biji dan pada perkecambahan biji, akar itu akan menembus kulit biji dan keluar melalui liang tadi.
o   Daun lembaga (cotyledon), merupakan daun yang pertama kali tumbuh.
Fungsi daun lembaga bisa memiliki fungsi yang berbeda-beda, yaitu :
· Sebagai tempat penimbunan makanan
· Sebagai tempat melakukan asimilasi
· Sebagai alat penghisab makanan untuk lembaga dari putihlembaga
o  Batang lembaga (cauliculus) yang sering dapat dibedakandalam dua bagian, yaitu:
· Ruas batang di atas daun lembaga (internodium epicotylum),
· Ruasbatang di bawah daun lembaga (internodiumhypocotylum),
b. Putih Lembaga (Albumen)
Putih lembaga adalah bagian biji yang terdiri atas suatu jaringan yang menjadi tempat cadangan makanan lembaga, tidak setiap biji mempunyai putih lembaga. Melihat asalnya jaringan yang menjadi tempat penimbunan zat makanan cadangan tadi kita dapat membedakan putih lembaga dalam :
Ø  Putih lembaga dalam (endospermium), jika jaringan penimbun makanan itu terdiir atas sel-sel yang berasal dari initi kandung lembaga sekunder yang kemudian setelah di buahi oleh salah satu inti sperma lalu membelah-belah menjadi jaringan penimbun makanan ini.
Ø  Putih lembaga luar (perispermium), jika bagian ini berasal dari bagian biji di luar kandung lembaga entah dari nuselus atau dari selaput bakal biji.




BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah kami, maka dapat disimpulkan bahwa :
a)      Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio.
b)      Proses perkecambahan morfologis merupakan tahapan setelah proses pengangkutan makanan dan pernapasan.
c)      Proses perkecambahan morfologis meliputi pertumbuhan embryonic axis sebagai akibat pembelahan sel yang diikuti pemanjangan dan pembesaran sel sehingga tumbuh radikula dan plumula menjadi bibit yang normal.
d)     Pada biji umumnya memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
·         Kulit biji (spermodermis)
·         Tali pusar (funiculus)
·         Inti biji atau isi biji (nucleus seminis)

3.2. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang proses perkecambahan morfologi benih. Dan dapat memberikan pengetahuan khususnya pada penulis makalah ini.











DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2012. www.planetmonst3r.files.wordpress.com/2012/12/4-perkeca mbahan-pdf. Diakses pada tanggal 20 Februari 2014. Makassar.
Anonim2. www.smakita.net/morfologi-benih-tumbuhan-dan-pertumbuhannya/ Diakses pada tanggal 20 Februari 2014
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Jogja : Gajah Mada Univercity Press Hidayat, Estiti .B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Isni. 2011. www.blog.uad.ac.id/isnirahmawati/2011/12/05/perkecambahan/ Diakses pada tanggal 20 Februari 2014
Yatim, Wildan. 2007. Kamus Biologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Yulianita. 2009. Anatomi tumbuhan. www.ninityulianita.wordprees.com/2009/  07/29/anatomi.tumbuhan. Diakses pada tanggal 20 Februari 2014

LAPORAN SURVEI LAPANGAN KONSERVASI TANAH DAN AIR

I. PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di bumi, dimana tanah digunakan sebag...