I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di sekitar kita banyak sayur
dan buah yang segar dengan warna-warna yang cantik. Dari warna itu ternyata
bukan sekadar penghias saja, tapi juga menyiratkan kandungan nutrisinya.
Menurut ahli nutrisi Marsuzi Iskandar dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia, warna
pada sayuran mengisyaratkan kandungannya. Zat aktif yang penting dalam sayur
dan buah adalah fitokimia atau kelompok gizi pada tanaman dan flavonoid,
senyawa antioksidan.
Sayur-sayuran merupakan nama yang diberi kepada makanan pokok yang
dikonsumsi oleh manusia, tetapi
tidak termasuk dalam kategori buah-buahan, kacang-kacangan, herba, dan rempah-rempah. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya,
sementara yang lain harus dimasak dengan caranya masing-masing. Bagaimanapun
juga, beberapa jenis sayuran ada yang dapat digunakan untuk membuat dessert
(makanan penutup) dan jenis makanan manis lainnya, contohnya roti wortel
(carrot cake).
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan
lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya
membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak
terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan.Buah seringkali memiliki
nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di
dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari
karbohidrat, protein,
lemak,
vitamin,
mineral,
alkaloid, hingga terpena dan terpenoid.
Berdasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum tentang kerapatan jaringan dan indeks limbah pada buah dan sayur.
2.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum kerapatan jarinagn yaitu,
untuk mengetahui tingkat kerapatan jaringan dan indeks limbah pada buah
dan sayuran.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu, sebagai bahan dasar informasi
mengenai kerapatan jaringan dan indeks limbah pada buah dan sayur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tanaman
Markisa
Markisa tergolong ke dalam
tanaman genus Passiflora, berasal dari daerah tropis dan sub tropis di Amerika.
Nama lain yang dikenal untuk buah ini antaranya maracujá (Portugis),
maracuyá (Spanyol),
Passion Fruit (Inggris),
Granadilla (Amerika Selatan dan
Afrika Selatan), Pasiflora (Israel),
Lilikoʻi (Hawaii),
dan Lạc tiên, Chanh dây atau Chanh leo (Vietnam). Di Indonesia
terdapat dua jenis markisa, yaitu markisa ungu (passiflora edulis) yang
tumbuh di dataran tinggi, dan markisa kuning (passiflora flavicarva)
yang tumbuh di dataran rendah. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi
markisa ini antara lain Sumatera
Utara, dan Sul
Sel
(Tjitrosoepomo, 2011).
Buah markisa dilapisi oleh lapisan serupa jeli yang
rasanya manis dan beraroma harum. Dapat dikonsumsi segar bersama bijinya.
Disamping itu, dapat pula diolah menjadi sirup atau selai markisa. Markisa
mengandung nutrisi yang cukup lengkap dan berguna untuk kesehatan, diantaranya
passiflorine yang berkhasiat menenteramkan urat saraf. Buah ini juga mengandung
gizi lainya seperti vitamin A, C, dan berbagai mineral (Anonim, 2009)
2.2 Sayur Kangkung
2.3 Kerapatan
Jaringan
Jaringan tumbuhan dikategorikan menjadi tiga jaringan. Jaringan
epidermis Adalah jaringan yang melapisi daun dan bagian tumbuhan yang masih
muda. Jaringan pengangkut Komponen utama jaringan pengangkut adalah xilem dan floem. Jaringan penyokong Jaringan penyokong meliputi tiga
jaringan dasar, yaitu parenkim, kolenkim dan sklerenkim. Pada bunga dinding ovarium terdiri dari sel – sel
parenkim, jaringan pembuluh, dan lapisan epidermis dalam dan luar. Selama
pemasakan, perikarpium bertambah jumlah selnya (Heyne,
1987).
Masing-masing merupaka lapisan terluar, bagian tengah dan lapisan terdalam. Kadang-kadang eksokarpium dan endokarpium merupakan epidermis luar dan dalam
dinding ovarium. Dinding ovarium menyelubungi ovarium dimana biji dihasilkan.
Jaringan pembuluh bervariasi untuk setiap jenis buah dan terdapat pada
perikarpium. Struktur perikarpium menunjukkan variasi yang luas untuk setiap
jenis atau tipe buah. Ada 2 macam tipe perikarpium, yaitu parenkematik, pada
buah berdaging dan sklerenkimatik pada buah keringan (Heyne, 1987).
2.4 Indeks Limbah
Limbah pertanian adalah
bagian tanaman pertanian diatas tanah atau bagian pucuk, batang yang tersisa
setelah dipanen atau diambil hasil utamanya. Berdasarkan artinya pengertian
limbah pertanian dapat diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor
pertanian. Beberapa contoh limbah pertanian diantara lain adalah sabut dan
tempurung kelapa,jerami dan dedak padi (Hariyanto,2004).
Limbah
pertanian dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis yaitu limbah pra panen
dan saat panen serta limbah pasca panen. Sedangkan limbah pasca panen itu juga
terbagi menjadi limbah sebelum diolah dan limbah setelah diolah atau sering
dikenal dengan limbah industri pertanian (Hariyanto,2004).
Indeks limbah
merupakan ration antara bagian tanaman yang dikonsumsi dan bagian tanaman
sebagai limbah pertanian. Pada tanaman alpukat memiliki limbah yang lebih berat
daripada konsumsi dan wortel memiliki limbah yang sedikit dari konsumsi ini
disebabkan karna buah alpukat terdapat biji yang memiliki berat lebih besar
daripada konsumsi dan wortel memiliki kulit yang tipis sehingga limbahnya
sedikit (Putu,2000).
III. METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Adapun
praktikum Kerapatan Jaringan ini di lakukan diLaboratorium Fisiologi Tumbuhan
Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas hasanuddin Makassar, pada hari
senin 17 Maret 2014, pukul 14:30
WITA-selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini
yaitu, timbangan, pisau, dan gelas piala.
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu, buah Markisa dan sayur Kangkung
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur
kerja praktikum indeks limbah yaitu :
1. Menyiapkan
alat dan bahan
2. Menimbang
berat awal sayur dan buah menggunakan timbangan
3. Memisahkan
antara bagian yang dikonsumsi dan tidak konsumsi dan menimbangnya
4. Memasukkan
air sebanyak 300 ml kedalam gelas piala dan memasukkan satu pe satu bagian yang
dikonsumsi dan tidak dikonsumsi.
5. Menghitung Indeks limbah = x 100%.
Adapun
prosedur kerja praktikum kerapatan jaringan yaitu :
5. Menyiapkan
alat dan bahan
6. Menimbang
berat awal sayur dan buah menggunakan timbangan
7. Memisahkan
antara bagian yang dikonsumsi dan tidak konsumsi dan menimbangnya
8. Memasukkan
air sebanyak 300 ml kedalam gelas piala dan memasukkan satu pe satu bagian yang
dikonsumsi dan tidak dikonsumsi.
9. Menghitung
Volume jenis air dengan rumus Vakhir-Vair.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Data Tabel Pengamatan
Tabel 1 : Pengamatan indeks limbah
No.
|
Komoditi
|
Berat awal
|
B. konsumsi
|
B. limbah
|
1.
|
Markisa
|
0,95 kg
|
0,55 kg
|
O,40 kg
|
2.
|
kangkung
|
0,30 kg
|
0,20 kg
|
0,10 kg
|
Sumber : Data primer
setelah
diolah, 2014
Tabel 2 : Pengamatan indeks limbah
No.
|
Komoditi
|
Berat awal
|
B. konsumsi
|
B. limbah
|
V. Limbah
|
V. konsumsi
|
1.
|
Markisa
|
0,95 kg
|
0,55 kg
|
O,40 kg
|
0,45 kg
|
0,50 kg
|
2.
|
kangkung
|
0,30 kg
|
0,20 kg
|
0,10 kg
|
0,20 kg
|
0,30 kg
|
Sumber : Data primer
setelah
diolah, 2014
4.1.2 Analisis Perhitungan WI
Indeks limbah (WI) = x 100%
Indeks Limbah Buah Markisa = x 100%
= 10,52 %
Indeks Sayur Kangkung = x 100%
= 33,33 %
·
Volume
Jenis
Vj
= Vakhir – Vair
Vj
markisa konsumsi
= 350 ml - 300 ml = 50 ml.
Vj
markisa limbah
= 345
ml – 300 ml = 45
ml.
Vj
kangkung konsumsi
= 330 ml – 300 ml = 30 ml.
Vj
kangkung Limbah
= 320 ml – 300 ml = 20 ml.
4.2
Pembahasan
Berdasarkan
hasil analisis perhitungan, didapatkan nilai Waste Indeks dari
komoditi yang di uji. Nilai indeks limbah pada buah markisa yakni 10,52 % lebih
rendah dibandingkan dengan indeks limbah sayur kangkung sebesar 33,33 %. Hal
ini membuktikan bahwa komoditi buah markisa jumlah bagian yang dikonsumsi itu
lebih banyak.
Tinggi
rendahnya Indeks limbah berbanding lurus pula dengan waktu pengkonsumsian dan penanganan untuk komoditi tersebut. Untuk
menperoleh indeks limbah yang rendah pada setiap komoditi yang ada, maka sangat
penting untuk mengetahui kapan sebaiknya buah atau sayur tersebut di konsumsi
dan bagaimana penanganan yang baik dalam hal ini penanganan pasca panennya.
Jika tidak, maka akan tinggi nilai indeks limbah dan tentunya akan sia-sia
unutk di buang begitu saja.
Menurut
pratigja dan wartoyo (2006), menyatakan bahwa masalah penanganan produk
hortikultura setelah di panen sampai saat ini masih menjadi masalah yang perlu
mendapat perhatian yang serius baik di kalangan petani, pedagang, maupun
diklangan konsumen sekaligus. Walaupun hasil yang diperoleh petani mencapai
hasil maksimal, tetapi apabila penanganan setelah di panen tidak mendapat
perhatian maka hasil tersebut akan segera mengalami penurunan mutu atau
kualitas.
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum tentang indeks limbah dan kerapatan
jaringan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Indeks limbah dari buah markisa lebih kecil yakni 10,
52 % dibandingkan dengan nilai indeks limbah sayur kangkung dengan besar 33,33
%.
2. Tinggat kerapatan jaringan pada buah markisa untuk
konsumsi yakni 50 ml dan unutk volume limbahnya 45 ml.
3. Nilai kerapatan jaringan pada sayur kangkung untuk
volume konsumsi adalah 30 ml dan unutk limbah 20 ml
5.2
Saran
Dalam
praktikum sebaiknya dipersiapkan alat-alat laboratorium yang lengkap dan diperlukan
kerjasama lebih sesame praktikan yang melaksakan setiap praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Marikisa passiflora. http//: dewioner.blogspot.com/2009/12/
markisa-passiflora.html. diakses pada tanggal 25 Mei 2014. Makassar.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Putu Budi Adnyana, Ida Bagus Putu
Arnyana, 2000, Morfologi Tumbuhan, Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Singaraja.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1985, Morfologi
Tumbuhan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar