Tugas Individu
Agrohidrologi
Tugas penggati final
MUHAMMAD HARIANTO
G111 12 295
KELAS A
Program Studi
Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas
Hasanuddin
2014
Take
Home I
1.
Faktor‐faktor yang mempengaruhi infiltrasi
adalah:
1. Penggunaan lahan, yaitu jenis
vegetasi dan luasnya.
2. Keadaan
permukaan tanah, meliputi kekasaran, surface sealing, surface crusting,
pengolahan dengan traktor dan cangkul. Laju infiltrasi akan berbeda meskipun
tanahnya sama.
3. Kadar
air/kelembaban tanah (anticenden moisture condition), dimana pada awal musim
hujan tidak sama dengan sedang musim hujan atau akhir musim hujan.
4.
Jenis dan sifat tanah serta luasnya, terutama sifat fisik tanah.
5.
Intensitas dan lama hujan, dimana hujan lebat infiltrasinya tidak sama dengan hujan
gerimis dan hujan 2 menit tidak sama infiltrasinya dengan hujan 1 jam.
6. Temperatur air dan kualitas air menyababkan
viskositas berbeda, sehingga berpengaruh tidak langsung terhadap infiltrasi.
Teknik
pengelolaan tanah dan tanaman yang dapat meningkatkan laju infiltrasi:
• Banyaknya air yang masuk ke dalam tanah dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan simpanan depresi yang ditimbulkan oleh pengolahan tanah, pembuatan
galengan dan pengolahan menurut kontur. Mengurangi besarnya evaporasi dengan
pemberian mulsa misalnya juga dapat memperbesar jumlah air yang masuk ke dalam
tanah. Pemupukan dengan pupuk organik dan penutupan tanah dengan tanaman atau
sisa‐sisa tanaman juga
dapat memperbesar kapasitas infiltrasi. Lubang atau celah‐celah pada tanah yang ditimbulkan oleh
binatang‐binatang tanah,
seperti cacing dan serangga, memperbesar jumlah air yang meresap ke dalam
tanah. Hilangnya air dari dalam profil tanah oleh sistem drainase, transpirasi
dan evaporasi mengosongkan pori‐pori
tanah yang memungkinkan tanah menyerap lebih banyak air hujan berikutnya.
• Jika permukaan tanah tertutup oleh pohon‐pohon dan rumputrumputan, maka
infiltrasi dapat dipercepat. Tumbuh‐tumbuhan
bukan hanya melindungi permukaan tanah dari gaya pemampatan curah hujan, tetapi
juga alpisan humus yang terjadi mempercepat penggalian‐penggalian serangga dan cacing tanah.
• Pada tanah dengan kandungan liat yang tinggi yang tidak tertutup
oleh tanaman, lapisan teratas akan dimampatkan oleh curah hujan oleh bahan‐bahan halus. Tetapi jika tanah
tersebut ditutupi oleh lapisan daun‐daunan
yang jatuh, maka lapisan itu mengembang dan menjadi sangat permeabel. Kapasitas
infiltrasinya adalah beberapa kali lebih besar dari pada efek jenis tanah.
• Hasil dekomposisi bahan organik akan meningkatkan kandungan
humus, sehingga menciptakan kondisi optimal untuk permeabilitas dan stabilitas
agregat. Namun demikian tidak semua jenis sisa organik berguna untuk
meningkatkan infiltrasi. Penggunaan sisa organik yang cepat melapuk sangat
berguna untuk meningkatkan infiltrasi jangka pendek. Sedangkan untuk jangka
panjang, lebih baik menggunakan sisa‐sisa
organik yang lambat pelapukannya. Sisa‐sisa
bahan organik yang sangat lambat melapuk, seperti serbuk gergaji pinus kurang berfungsi
dalam peningkatan laju infiltrasi.
Rangking
|
Hujan (cm)
|
Rata rata
|
Xi-X
|
(Xi-X)3
|
(Xi-X)2
|
Xi
|
X
|
||||
1
|
5,3
|
8,02
|
-2.72
|
-20.12
|
7.4
|
2
|
5,3
|
8,02
|
-2.72
|
-20.12
|
7.4
|
3
|
5,3
|
8,02
|
-2.72
|
-20.12
|
7.4
|
4
|
5,5
|
8,02
|
-2.52
|
-16
|
6.35
|
5
|
5,5
|
8,02
|
-2.52
|
-16
|
6.35
|
6
|
5,8
|
8,02
|
-2.22
|
-10.94
|
4.93
|
7
|
5,8
|
8,02
|
-2.22
|
-10.94
|
4.93
|
8
|
6
|
8,02
|
-2.02
|
-8.24
|
4.08
|
9
|
6,3
|
8,02
|
-1.72
|
-5.09
|
2.96
|
10
|
6,5
|
8,02
|
-1.52
|
-3.51
|
2.31
|
11
|
6,8
|
8,02
|
-1.22
|
-1.82
|
1.49
|
12
|
6,8
|
8,02
|
-1.22
|
-1.82
|
1.49
|
13
|
7
|
8,02
|
-1.02
|
-1.06
|
1.04
|
14
|
7,3
|
8,02
|
-0.72
|
-0.37
|
0.52
|
15
|
7,8
|
8,02
|
-0.22
|
-0.01
|
0.05
|
16
|
8,3
|
8,02
|
0.28
|
0.02
|
0.08
|
17
|
8,8
|
8,02
|
0.78
|
0.47
|
0.61
|
18
|
9
|
8,02
|
0.98
|
0.94
|
0.96
|
19
|
9,8
|
8,02
|
1.78
|
5.64
|
3.17
|
20
|
11
|
8,02
|
2.98
|
26.46
|
8.88
|
21
|
11,3
|
8,02
|
3.28
|
35.29
|
10.76
|
22
|
14,5
|
8,02
|
6.48
|
272.1
|
41.99
|
23
|
18,8
|
8,02
|
10.78
|
1252.73
|
116.21
|
jumlah
|
184.5
|
1457.47
|
241.34
|
2.
a. Hujan
Rata rata bulan Juni
Jawab
:
b. Median
Jawab
: Rangking 12 = 6,8
c. Mode
Jawab
: Data yang paling sering muncul (frekuensi terbanyak) adalah 5,3
d. Koefisien
skewness
Jawab
:
Cs =
= 3
Sd 3 =3,31
Cs =
Cs
> 0, maka mode (m) berada di sebelah kanan
e.
Peluang bahwa hujan bulan Juli adalah
lebih kecil dari 10 cm.
Jawab :
Rangking
|
Curah Hujan (cm)
|
1
|
18.8
|
2
|
14.5
|
3
|
11.3
|
4
|
11
|
5
|
9.8
|
6
|
9
|
7
|
8.8
|
8
|
8.3
|
9
|
7.8
|
10
|
7.3
|
11
|
7
|
12
|
6.8
|
13
|
6.8
|
14
|
6.5
|
15
|
6.3
|
16
|
6
|
17
|
5.8
|
18
|
5.8
|
19
|
5.5
|
20
|
5.5
|
21
|
5.3
|
22
|
5.3
|
23
|
5.3
|
Dimana,
Keterangan
:
N = jumlah pengamatan
m
= Rangking data yang akan dihitung
peluangnya (p)
=
=
3.
Dik
:
Luas waduk = 1.620 ha = 1.620 x 104
m2 = 162 x 105 m2
Luas DAS = 51.800 ha = 51.800 x 104 m2=
518 x 106 m2
Debit (Q) = 500.000 m3/hari = 5 x 105
x 365 = 1.825 x 105 m3/tahun
Curah Hujan = 1.125 mm/tahun = 1,125
m/tahun
Evaporasi = 1.000 mm/tahun = 1 m/tahun
Ditanyakan :
ΔS
waduk = …………….. ?
ΔS
= Input - Output
Input
= Curah hujan + Aliran permukaan
Curah hujan = (1,125 m/tahun) x (162 x
105m2) = 182,25 x 105m3/tahun
Aliran permukaan = (0,4 m/tahun) x
(518 x 106m2) = 2.072 x 105m3/tahun
Input = (182,25 x 105m3/tahun) +
(2.072 x 105m3/tahun) = 2.254,25 x105m3/tahun
Output = Debit +
Evaporasi
Debit (Q) = 500.000 m3/hari = 5 x 105 x
365 = 1.825 x 105m3/tahun
Evaporasi = (1 m/tahun) x (162 x 105m2)
= 162 x 105m3/tahun
Output = (1.825 x 105m3/tahun) +
(162 x 105m3/tahun) = 1.987 x 105m3/tahun
ΔS = (2.254,25 x105m3/tahun) –
(1.987 x 105m3/tahun) = 265,25 x 105m3/tahun
Volume air yang dievaporasi adalah = Evaporasi x Luas waduk
= (1 m/tahun) x (162 x 105m2)
= 162 x 105m3/tahun dievaporasikan dari waduk
Model
ET = P – R
ET = Evapotranspirasi
P
= Curah hujan = (1,125 m/tahun) x (518 x 106m2) =
582,75 x 106m3/tahun
R = Aliran permukaan = (0,4 m/tahun) x
(518 x 106m2) = 207,2 x 106m3/tahun
ET = (582,75 x 106m3/tahun)
– (207,2 x 106m3/tahun) = 375,55 x 106m3/tahun
Model ET = P – R dapat digunakan pada
DAS yang luas dan jangka waku yang lama (>5 tahun) dan tidak dapat digunakan
untuk bendungan irigasi serta distribusi aliran. Model ini sering juga disebut
sebagai black box model, yaitu tanpa
melihat proses dalam DAS (semua bagian DAS dihutankan dan tidak memperhitungkan
proses yang terjadi).
Take
home II
1.
a.
Direct Runoff/strom flow
(Aliran
permukaan langsung) merupakan total dari ketiga komponen aliran sungai yaitu
curah hujan yang langsung tersalur aliran ke sungai di atas permukaan tanah (overland
flow, surface runoff), dan aliran cepat di bawah permukaan tanah (sub
surface storm flow,interflow) yang umumnya dipergunakan untuk mencirikan
banjir akibat karakteristik DAS.
b. Base
Runoff/ aliran dasar ( base
flow, grand water outflow): keluaran dari equifer air tanah yang dihasilkan
dari air perkolasi vertical melalui profil tanah ke air tanah, dan ditopang
oleh aliran perlahan-lahan dari zona aerasi (zone of aeration) pada
daerah miring.
c.
Sub Surface
Runoff adalah bagian aliran sungai yang dipasok dari
sumber air di bawah permukaan tanah, dan sampai di saluran sungai secara
langsung. Proses ini tidak dapat diamati dengan mata, namun menambah debit
sungai. Kadang-kadang dipergunakan kata sinonim, yaitu aliran dalam (interflow),
tetapi kata ini sering dipergunakan untuk aliran di bawah permukaan tanah yang
tidak berada di atas permukaan air tanah.
d. Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah.
Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow)
menuju mata air, danau, dan sungai; atau secara vertikal, yang dikenal
dengan perkolasi (percolation) menuju air tanah.
e.
Evapotranspirasi adalah
kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui evaporasi
dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air
(vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari
permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporai terjadi pada
berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan pertanian, tanah, maupun
dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di dalam jaringan
tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer
(vapor removal).
f. Kapasitas Infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk
suatu jenis tanah tertentu; sedang laju infiltrasi adalah kecepatan
infiltrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan intensitas hujan.
Pada grafik dibawah ini menunjukkan kurva kapasitas infiltrasi (fp),
yang merupakan fungsi waktu.
g. Surface
Detention: Ketika
surface retention sudah terjadi, maka air itu akan membentuk
genangan-genangan kecil karena turunnya kecepatan infiltrasi
h.
Interflow: aliran dalam arah lateral yang terjadi
di bawah permukaan tanah.Aliran antara terdiri dari gerakan air dan lengas
tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah.
Aliran air tanah adalah
aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi yang lebih rendah
yang akhirnya menuju sungai atau langsung ke laut.
i.
Albedo merupakan
sebuah besaran yang menggambarkan perbandingan
antara sinar Matahari yang tiba di permukaan bumi dan yang dipantulkan kembali
ke angkasa dengan terjadi perubahan panjang gelombang (outgoing longwave radiation).
Perbedaan panjang gelombang antara yang datang dan yang dipantulkan dapat
dikaitkan dengan seberapa besar energi
matahari yang diserap oleh permukaan bumi.
j.
Pemakaian konsumtif : penggunaan
air tawar jika air tidak dengan segera tersedia lagi untuk penggunaan lainnya,
misalnya irigasi (di mana penguapan dan penyerapan ke dalam tanah serta
penyerapan oleh tanaman dan hewan ternak terjadi dalam jumlah yang cukup
besar).
k.
Intersepsi adalah proses
tertahannya air hujan pada permukaan vegetasi sebelum diuapkan kembali ke
atmosfer.
l. Return Period : perioda waktu rata – rata yang
diharapkan terjadi di antara dua kejadian yang berurutan. Hal ini sering kali
di salah artikan sebagai suatu hal yang secara statiska dibenarkan bahwa dua
hal (peristiwa banjir misalnya) akan terjadi secara berurutan dengan waktu yang
tetap. Perioda ulang ( Tr) adalah bilangan terbalik dari kementakan (p).
m. Lower Zone Storage : lapisan
bawah permukaan tanah dimana tanaman dapat mengisap air untuk transpirasi
2. Dik :
f = 75 cm
fc
= 1,2 cm/jam
f0 = 11,2 cm/jam
t = 10 jam
Rumus Horton : f = fc + ( fo – fc).
Dit
: Besar k pada rumus Horton = …?
Penyelesaian :
f
= fc + ( fo – fc)e -kt
75 =
1,2 + (11,2-1,2)e -k10
75 = 1,2 + (10)e -k10
75 – 1,2 = (10)e -k10
73,8 = (10)e -k10
7,38 = e -k10
-10k = In 7,38 = 1,9987
k = -0,19987
3.
Dik
:
f
= 11,25 cm/jam
fc
= 1,25 cm/jam
f0 = 105 cm, dengan t0
= 10 jam
t1 = 15 jam
Dit :
Nilai k pada Persamaan Horton = … ?
Jumlah infiltrasi bila pengukuran
dilanjutkan sampai 15 jam= …?
Penyelesaian :
Nilai k pada Pers. Horton dengan waktu 10 jam.
11,25 =
+ ( -
)e -
10k
11,25 =
1,25 + (105 - 1,25)e
-10k
11,25 -
1,25
= 103,75e
-10k
111,25
= 103,75e
-10k
1,0722892 = e -10k
-10k =
In 1,0722892
-10
k =
0,069795
k
= -0,0069795
Jumlah
infiltrasi saat t=15 jam
f = fc + ( fo – fc)e -kt1
f =
1,25 + (105 –
1,25) e (-15) (-0,0069795)
= 1,25 + (103,75) e
0,1046
= 1,25 + (103,75) (1,1102)
= 1,25 + 115,19
= 116,44
4.
Bila
laju infiltrasi mengikuti fungsi f = 7,19t −0,5 dan ada hujan
yang intensitasnya konstan sebesar 1,25 cm/jam selama 6 jam. Tentukan:
a.
Kapan
aliran permukaan mulai terjadi (dihitung sejak awal hujan) ?
b.
Berapa
jumlah aliran permukaan kalau luasnya 15 ha ?
Jawab:
Dik :
f = 7,19t -0,5
fc
= 1,25 cm/jam
jika
1 ha = 10.000 m2, maka :
Luas
Permukaan = 15 ha = 150.000 m2
Dit :
a.
Aliran
Permukaan…?
b.
Jumlah
Aliran….?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar