Rabu, 26 November 2014

LAPORAN RESPIRASI FISPAN

I.       PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Potensi pengembangan buah-buahan di indonesia sangat besar. keanekaragaman varietas dan didukung oleh iklim yang sesuai untuk buah-buahan tropika akan menghasilkan berbagai  buah-buahan yang sangat bervariasi dan menarik. disamping itu dengan areal yang cukup luas sehingga dapat menghasilkan buah-buahan yang cukup potensial disamping komoditi lainnya.
Buah-buahan apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi, parasitik atau mikrobiologis, dimana ada yang menguntungkan dan sangat merugikan bila tidak dapat dikendalikan yaitu timbulnya kerusakan atau kebusukan.
Hal ini akan  mengakibatkan tidak dapat dimanfaatkan lagi, sehingga merupakan suatu kehilangan (loss).  di indonesia kehilangan buah-buahan cukup tinggi, 25 - 40 %. untuk menghasilkan buah-buahan dengan kualitas yang baik, disamping ditentukan oleh perlakuan selama penanganan on-farm, ditentukan juga oleh faktor penanganan pasca panen yang secara umum mulai dari pemanenan, pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian, grading, pengemasan, pemeraman, penyimpanan dan pengangkutan.
Pemasakan buah merupakan salah satu hasil metabolisme jaringan tanaman. Pada kondisi pemasakan buah merupakan hal yang diharapkan oleh petani, pedagang dan konsumen buah-buahan, karena buah tersebut akan segera dikonsumsi. Akan tetapi pada konsisi lain pemasakan buah merupakan kerugian, sehingga tidak diharapkan. Hal ini apabila buah tersebut tidak segera dikonsumsi karena masih mengalami periode transportasi yang jauh dan memakan waktu yang tidak singkat.
Untuk kasus kedua ini para pengelola buah-buahan baik petani, pedagang atau industri pengelola berusaha semaksimal mungkin agar buah mengalami pemasakan pada waktu yang tepat atau sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan  praktikum tentang respirasi untuk mengetahui laju respirasi pada sayur dan buah tertentu.
1.2     Tujuan dan Kugunaan
1.2.1 Tujuan
Tujuan praktikum respirasi adalah untuk mengetahui tingkat respirasi pada buah dan sayur dan perubahan yang terjadi pada buah baik berat, tekstur dan aroma pada buah dan sayur.
1.2.2. Kegunaan
Kegunaan praktikum respirasi adalah mahasiswa dapat mengetahui laju respirasi pada sayur dan buah tertentu sehingga dengan demikian mahasiswa akan mampu memperlakukan buah dan sayur sebagaimana mestinya sehingga laju respirasi dapat dihambat dan tidak cepat mengalami pembusukan.






II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Buah Rambutan
Rambutan (Nephelium sp.) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis
Buah rambutan tergolong kedalam buah non-klimaterik. Dari survey yang telah dilakukan terdapat 22 jenis rambutan baik yang berasal dari galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Dari sejumlah jenis rambutan diatas hanya beberapa varietas rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis relatif tinggi diantaranya:
a)      Rambutan Rapiah buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulitberwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan beramut agak jarang, daging buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengan daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik.
b)      Rambutan Aceh Lebak bulus pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasil rata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus.
2.2 Buah Pisang
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah & bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yg cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yg masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yg diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen (Salisbury. Et.al, 1995).
Dalam budidaya buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yg diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yg tajam & bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dlm posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yg dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan pada tunas (Salisbury. Et.al, 1995).
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan & diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dlm beberapa lapisan (Salisbury. Et.al, 1995).
2.3 Sayur Tomat
Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini bisa tumbuh optimal pada kisaran suhu 20-27oC dengan curah hujan sekitar 750-1250 mg per tahun. Budidaya tomat bisa dilakukan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, tergantung dari varietasnya. Secara umum tomat tumbuh pada ketinggian 1-1500 m dpl (Salisbury. Et.al, 1995).
Dewasa ini terdapat lebih dari 400 varietas tomat yang ditanam secara global. Ada varietas yang hanya cocok di dataran tinggi seperti berlian, mutiara dan kada. Ada yang cocok di dataran rendah seperti varietas intan, ratna dan CLN. Ada juga yang bisa ditanam baik di dataran tinggi maupun rendah, seperti GH2 dan GH4. Panen tomat dilakukan sesuai dengan tujuan pemasarannya sehingga perlu diperhitungkan lama perjalanan sampai di tujuan (Salisbury. Et.al, 1995).
Sebaiknya tomat berada di pasaran pada saat masak penuh, tetapi tidak terlalu masak atau busuk. Pada saat masak penuh itulah tomat memperlihatkan penampilannya yang terbaik. Jika tujuan pemasaran adalah pasar lokal yang jaraknya tidak begitu jauh, dapat ditempuh dalam beberapa jam, panen sebaiknya dilakukan sewaktu buah masih berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan untuk pemasaran ke tempat yang jauh atau untuk di ekspor, buah sebaiknya dipetik sewaktu masih berwarna hijau, tetapi sudah tua benar. Atau 8-10 hari sebelum menjadi masak (berwarna merah). Umur petik tergantung varietas tomat yang ditanam dan kondisi tanaman. Umumnya buah tomat dapat dipanen pertama pada waktu berumur 2 atau 3 bulan setelah tanam (Salisbury. Et.al, 1995).
Panen dilakukan beberapa kali, yaitu antara 10-15 kali pemetikan buah dengan selang 2-3 hari sekali. Pemetikan dapat dilakukan pagi atau sore hari. Dan, diusahakan buah yang dipetik tidak jatuh atau terluka (Salisbury. Et.al, 1995).
2.4. Sayur Kacang Panjang
Seperti sifat sayuran pada umumnya, kacang panjang merupakan komoditi yang tidak tahan lama, mudah busuk dan cepat menurun kualitasnya. Untuk melindungi hasil panen dari kerusakan dan mempertahankan kualitas produk agar dapat diterima konsumen dalam keadaan segar maka perlu dilakukan penanganan panen dan pasca panen. Penanganan panen dan pascapanen sebaiknya dilakukan secara cermat dan hati-hati agar diperoleh hasil yang baik (Purwono,2008).        
Perlakuan panen akan mempengaruhi hasil serta proses penanganan selanjutnya. Penanganan panen yang baik akan memberikan kualitas produksi yang baik pula. Dalam pemanenan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain usia panen dan cara panen. Panen kacang panjang dibedakan 2 macam, yaitu panen polong muda dan panen polong tua atau biji-bijinya. Panen Polong Muda. Pada umumnya pemanenan polong muda kacang panjang pertama kali dapat dilakukan setelah berumur 45 hari. Umur panen ini tergantung pada varietas, musim dan tinggi rendahnya daerah penanaman (Pantastico, 1984).
Polong muda sudah dapat dipanen sesudah terisi penuh dan warna polongnya hijau merata sampai hijau keputihan. Polong yang muda mudah dipatahkan. Semakin tua polong akan semakin liat, berserat, dan warnanya menguning. Oleh karena itu, pemanenan sebaiknya tidak sampai terlambat. Polong yang terlambat dipanen kurang baik untuk disayur dan tidak dapat dipasarkan (Pantastico, 1984).
Pemanenan umumnya dilakukan pada pagi hari dan setelah dipanen biasanya kacang panjang langsung dipasarkan pada siang atau sore harinya. Untuk mendapatkan kacang panjang segar yang berkualitas baik, polong harus dipanen dengan selang waktu tiga hari sekali. Setelah tanaman berumur sekitar 3-3,5 bulan pemanenan dihentikan, pada saat itu biasanya buahnya sudah habis. Panen Polong Tua. Dilakukan untuk kacang panjang tipe tegak seperti kacang tunggak dan kacang uci. Ciri-ciri kacang siap dipanen adalah polongnya telah cukup tua, biji-biji menonjol dan kulit luar berwarna hijau kekuningan. Umur panen 3-3,5 bulan dan waktu panen pada pagi atau sore hari (Pantastico, 1984).
2.5 Respirasi
Pada respirasi, oksigen digunakan dan karbondioksida dibebaskan. Oleh karena didalam cahaya kedua proses itu berlangsung dalam waktu yang sama di dalam sel-sel tumbuhan, maka akan diketahui sejauh mana pula produk tersebut dimanfaatkan. Bukti menunjukkan bahwa karbondioksida yang dibentuk dalam respirasi dapat digunakan dalam proses fotosintesis, sedangkan oksigen yang dibebaskan dalam fotosintesis dapat dimanfaatkan dalam respirasi (Pantastico, 1984).
Pada intensitas cahaya yang rendah, kedua proses itu tetap seimbang, sehingga baik oksigen maupun karbondioksida tidak ada yang masuk maupun yang keluar dari daun. Intensitas cahaya yang memungkinkan tercapainya keseimbangan dinamakan titik kompensasi Respirasi merupakan reaksi dari 50 atau lebih reaksi komponen. Masing masing dikatalis oleh  komponen berbeda (Pantastico, 1984).
Perbandingan antara respirasi dan fotosintesis dapat dilihat dari beberapa perbedaan. Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup , bahan baku utama adalah glukosa dan oksigen, berlangsung setiap waktu ( baik siang dan malam), merupakan proses pelepasan/penggunaan energi, menghasilkan karbondioksida dan air. Sedangkan fotosintesis terjadi hanya pada organisme yang memiliki klorofil yang berisi sel-sel, bahan baku utama adalah karbondioksida dan air, berlangsung hanya jika tersedia cahaya matahari, merupakan proses menghasilkan energi, menghasilkan glukosa dan juga oksigen (Phan, 1993).


2.5.1 Respirasi Klimaterik
Buah-buahan klimakterik yang sudah mature, selepas dipanen, secara normal memperlihatkan suatu laju penurunan pernafasan sampai tingkat minimal, yang diikuti oleh hentakan laju pernafasan yang cepat sampai ke tingkat maksimal, yang disebut puncak pernafasan klimakterik (Phan, 1993).
Bila buah-buahan klimakterik berada pada tingkat maturitas “kemrampo” yang tepat, dikspos selama beberapa saat dengan konsentrasi ethylene yang lebih tinggi dari threshold minimal, maka terjadilah rangsangan pematangan yang tidak dapat kembali lagi (irreversiable ripening) (Phan, 1993).
Mempunyai peningkatan atau kenaikan laju respirasi sebelum pemasakan, sedangkan buah non klimaterik tidak menunjukan adanya kenaikan laju respirasi.  Contohnya  meliputi   pisang, mangga, pepaya, advokad, tomat, sawo, apel ,dan sebagainya (Phan, 1993).
Buah klimaterik ditandai dengan peningkatan CO2 secara mendadak, yang dihasilkan selama pematangan. Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana selama proses tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses pembentukan etilen, hal tersebut ditandai dengan terjadinya proses pematangan.
Awal respirasi klimaterik diawali pada fase pematangan bersamaan dengan pertumbuhan buah sampai konstan. Biasanya laju kerusakan komoditi pasca panen berbanding langsung dengan laju respirasinya, walaupun tidak selalu terdapat hubungan konstan antara kapasitas etilen yang dihasilkannya dengan kemampuan rusaknya suatu komoditi.
2.5.2 Respirasi Nonklimaterik
Pada buah-buahan non klimakterik terjadi hal yang berbeda artinya tidak memperlihatkan terjadinya hentakan pernafasan klimakterik. Meskipun buah-buahan tersebut diekspose dengan kadar ethylene kecil saja, laju pernafasan, kira-kira sama dengan kadar bila terekspose ethylene ruangan, kalau ada tingkatan laju pernafasan hanya kecil saja. Tetapi segera setelah itu laju pernafasan kembali lagi pada laju kondisi istirahat normal, bila kemudian ethylene nya ditiadakan (Phan, 1993).
Dengan ekspos ethylene terjadilah suatu respon yang kira-kira mirip dapat diamati. Dalam suatu buah yang telah mature (tetapi belum matang) terjadilah perubahan parameter yang dialami buah seperti mislnya degreening atau hilangnya warna hijau (Phan, 1993).
Meskipun secara ilmiah dan physiologis dapat ditunjukkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi yang memungkinkan untuk melakukan klasifikasi sifat dan tabiat buah-buahan lepas panen, tetapi parameter yang sangat mudah dan lebih bermanfaat dan bermakna bagi konsumen adalah parameter perubahan lain yang lebih praktis sifatnya yang terjadi selama proses pematangan (Phan, 1993).
Parameter-parameter yang dimaksud adalah : terjadinya pelunakan sera terjadinya sintesa karotinoid. Demikian juga halnya dengan terjadinya perubahan warna eksternal seperti terjadinya pemecahan (breakdown), khlorophyl, sehingga membuka tabir lapisan karotenoid dalam kulit pisang, terjadinya perubahan dari warna hijau menjadi kuning (Phan, 1993).



III. METODOLOGI
3.1     Waktu dan Tempat
          Percobaan tentang respirasi dilaksananakan pada hari selasa, kamis, sabtu dan senin tanggal 18, 20, 22, dan 24 Maret 2014 pukul 19.00 WITA sampai selesai di Jln. Kalumpang lorong 7, Makassar, Sulawesi Selatan.
3.2       Alat dan Bahan
3.2.1    Alat
Alat yang digunakan pada saat melakukan percobaan adalah timbangan, kamera, alat tulis menulis, dan kulkas.
 3.2.2   Bahan
            Bahan yang digunakan pada saat percobaan adalah sayur kacang panjang dan tomat serta buah pisang dan buah rambutan.
3.3   Prosedur kerja
1.    Menyiapkan buah dan sayur yang akan diamati laju respirasinya
2.    Mengambil gambar sayur dan buah sebelum diberi perlakuan
3.    Selanjutnya sayur dan buah klimaterik dan nonklimaterik diberi 3 perlakuan yaitu satu dengan menyimpannya di freezer, yang kedua di kulkas dan yang ketiga di ruangan.
4.    Mengamatai Sayur dan buah tersebut 1 kali dalam 2 hari kemudian mengamati perubahan warna dari buah dan sayur tersebut, ambil gambarnya kemudian timbang massanya.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1         Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan buah klimaterin dan nonklimaterik
No
Perlakuan
Komoditi
18 Maret 2014
(gr)
20 Maret 2014
(gr)
22 Maret 2014
(gr)
24 Maret 2014
(gr)
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Freezer
Pisang
Klimaterik
90
91
92
95
Tomat
40
50
53
55
Rambutan
Nonklimaterik
40
41
42
45
Kacang panjang
20
30
32
32
2
Kulkas
Pisang
Klimaterik
85
86
87
90
Tomat
40
46
46
50
Rambutan
Nonklimaterik
20
20
24
30
Kacang panjang
20
20
24
24

3

Ruangan
Pisang
Klimaterik
80
80
80
80
Tomat
40
46
46
50
Rambutan
Nonklimaterik
20
15
10
6
Kacang panjang
20
12
6
3
Sumber : Data hasil primer 2014
4.2         Pembahasan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka hasil yang didapatkan yaitu pada perlakuan penyimpanan pada freezer buah dan sayur klimaterik yaitu pisang dan tomat mengalami penambahan massa yang awalnya hanya 90 dan 40 gr menjadi 95 dan 55, pada perlakuan penyimpanan di kulkas mempunyai berat awal 85 dan 40 menjadi 90 dan 50, hal ini disebabkan oleh penambahan kadar air ketika berada di suhu yang sangat dingin.
Sedangkan pada perlakuan penyimpanan di suhu ruang Buah pisang dan dan sayur tomat ini massanya tidak mengalami perubahan hanya 80 gr. Hal ini mungkin dikarenakan oleh suhu yang stabil yang tidak membuat terjadinya proses respirasi yang cepat. Namun kemungkinan ketepatan pada proses penimbangan tidak sepenuhnya tepat dikarenakan alat penimbangan yang agak rusak.
 Kemudian perubahan warna dari tiap pengamatan dengan perlakuan penyimpanan freezer yaitu pada buah pisang yang awalnya hijau kekuningan menjadi hitam, teksturnya menjadi lembek dan berbau agak busuk, buah pisang melalui proses pematangan berarti dalam hal ini pisang memang termasuk buah klimaterik. Kemudian selanjutnya tomat yang awalnya berwarna hijau kekuningan menjadi kuning kehijauan, disini terlihat jelas bahwa laju respirasi pada buah pisang sangat cepat, hal ini sesuai dengan pendapat Phan (1993) bahwa buah yang mengandung banyak karbohidrat memiliki laju respirasi yang relative cepat.
Kemudian pada pisang dan tomat dengan perlakuan penyimpanan di kulkas hampir sama dengan perlakuan penyimpanan pada freezer yaitu yang awalnya pisang yang berwarna hijau kekuningan menjadi hitam, teksturnya menjadi agak lembek dan berbau agak busuk disini terlihat bahwa laju respirasinya sangat cepat. Sedangkan pada tomat hampir sama dengan warna tomat pada suhu ruang namun disini tomat pada perlakuan penyimpanan di kulkas terdapat lingkaran hitam yang agak lembek, tomat yang awalnya hijau kekuningan menjadi agak berwarna jingga agak kekuningan, dalam hal ini berarti tomat disini telah mengalami proses pemasakan dengan laju respirasi yang sedang. 
Selanjutnya pada pisang dan tomat dengan perlakuan penyimpanan pada suhu ruang, warna pisang yang awalnya hijau kekuningan menjadi kuning kehijauan sedangkan pada tomat yang awalnya hijau kekuningan menjadi warna jingga dengan tekstur yang masih padat dan licin. Pada buah dan sayur non klimaterik dengan perlakuan penyimpanan pada freezer dan kulkas dengan bahan percobaan rambutan dan kacang panjang terjadi peningkatan massa, hal ini disebabkan karena adanya penambahan kadar air pada saat penyimpanan pada suhu dingin. Sedangkan pada perlakuan penyimpanan di suhu ruang massanya berkurang hal ini disebabkan berkurangnya kadar air pada penyimpanan dengan suhu ruang tinggi
Pada perlakuan penyimpanan pada freezer warna dari buah rambutan menjadi merah agak hitam, hal ini hampir sama dengan pada perlakuan penyimpanan pada kulkas namun lain halnya dengan perlakuan penyimpanan pada suhu ruang karena pada suhu ruang buah rambutan menjadi hitam agak kemerahan. Buah rambutan pada perlakuan penyimpanan di freezer mengalami pembusukan, kulit buah menjadi berair  hal ini hampir sama dengan perlakuan penyimpanan di kulkas. Pada perlakuan penyimpanan di suhu ruang rambutan menjadi membusuk dan kulitnya agak kering, hal ini menandakan bahwa kadar airnya menurun. Sedangkan kacang panjang pada perlakuan penyimpanan pada freezer yang awalnya berwarna hijau muda menjadi berwarna hijau pekat lembek dan berbau busuk, kemudian pada perlakuan penyimpanan pada kulkas kacang panjang menjadi agak berair dan masih terasa agak padat.

           



V. PENUTUP
5.1     Kesimpulan
          Adapun kesimpulan dari praktikum ini antara lain sebagai berikut :
1.        Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun aneorobik.
2.        Laju respirasi pada suhu ruang sangat cepat dibanding pada freezer dan kulkas, hanya saja pada perlakuan penyimpanan pada freezer dan kulkas buah dan sayur mengalami peningkatan kadar air berlebih dan menyebabkan terjadinya kerusakan.
3.        Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketesediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula.
4.        Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu: 1) Faktor internal Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2 yang dihasilkan buah yang mengandung banyak karbohidrat memiliki laju respirasi yang relative cepat.
5.        Dalam mempertahankan mutu buah dan sayur agar bertahan lama maka perlu dilakukan penangan pasca panen yang baik misalnya dengan memberika air pada buah dan sayur agar tampak segar dan menempatkannya pada suhu yang ideal agar tidak cepat busuk.
5.2 Saran
            Sebaiknya dalam melakukan percobaan menggunakan alat dengan ketelitian yang baik agar tidak terjadi kesalahan dalam proses penimbangan.




DAFTAR PUSTAKA
Pantastico, E.R.B. 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah Kamariyani. UGM-Press. Yogyakarta.

Phan, L. dan D.Muchtadi. 1993. Fisiologi Tanaman. Gadjah mada University Press.Yogyakarta.

Poincelot,R.P.1979. Horticulture Principles and Practical Aplication. Prentice-Hall.Inc Englewood Cliffs.New Jersey.

Purwono dan R.Hartono. 2008. Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Putra,I.2010. Penetapan Kuosien Respirasi jaringan Tumbuhan.

Salisbury dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung



LAMPIRAN

No
Komoditi
Hari pertama
Hari ke-dua
Hari ke-tiga
Hari ke-empat
1
Pisang
2
Tomat
3
Rambutan
4
Kacang
panjang



           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN SURVEI LAPANGAN KONSERVASI TANAH DAN AIR

I. PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di bumi, dimana tanah digunakan sebag...