I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Potensi
pengembangan buah-buahan di indonesia sangat besar. keanekaragaman varietas dan
didukung oleh iklim yang sesuai untuk buah-buahan tropika akan menghasilkan
berbagai buah-buahan yang sangat bervariasi dan menarik. disamping itu
dengan areal yang cukup luas sehingga dapat menghasilkan buah-buahan yang cukup
potensial disamping komoditi lainnya.
Buah-buahan
apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan baik, akan mengalami perubahan
akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi, parasitik atau mikrobiologis,
dimana ada yang menguntungkan dan sangat merugikan bila tidak dapat
dikendalikan yaitu timbulnya kerusakan atau kebusukan.
Hal ini
akan mengakibatkan tidak dapat dimanfaatkan lagi, sehingga merupakan
suatu kehilangan (loss). di indonesia kehilangan buah-buahan cukup
tinggi, 25 - 40 %. untuk menghasilkan buah-buahan dengan kualitas yang baik,
disamping ditentukan oleh perlakuan selama penanganan on-farm,
ditentukan juga oleh faktor penanganan pasca panen yang secara umum mulai dari
pemanenan, pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian, grading,
pengemasan, pemeraman, penyimpanan dan pengangkutan.
Pemasakan buah merupakan salah satu
hasil metabolisme jaringan tanaman. Pada kondisi pemasakan buah merupakan hal
yang diharapkan oleh petani, pedagang dan konsumen buah-buahan, karena buah
tersebut akan segera dikonsumsi. Akan tetapi pada konsisi lain pemasakan buah
merupakan kerugian, sehingga tidak diharapkan. Hal ini apabila buah tersebut
tidak segera dikonsumsi karena masih mengalami periode transportasi yang jauh
dan memakan waktu yang tidak singkat.
Untuk kasus kedua ini para pengelola
buah-buahan baik petani, pedagang atau industri pengelola berusaha semaksimal
mungkin agar buah mengalami pemasakan pada waktu yang tepat atau sesuai dengan
waktu yang diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas maka
perlu dilakukan praktikum tentang
respirasi untuk mengetahui laju respirasi pada sayur dan buah tertentu.
1.2 Tujuan dan Kugunaan
1.2.1
Tujuan
Tujuan
praktikum respirasi adalah untuk
mengetahui tingkat respirasi pada buah dan sayur dan perubahan yang terjadi
pada buah baik berat, tekstur dan aroma pada buah dan sayur.
1.2.2. Kegunaan
Kegunaan praktikum respirasi adalah
mahasiswa dapat mengetahui laju respirasi pada sayur dan buah tertentu sehingga
dengan demikian mahasiswa akan mampu memperlakukan buah dan sayur sebagaimana
mestinya sehingga laju respirasi dapat dihambat dan tidak cepat mengalami
pembusukan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah Rambutan
Rambutan (Nephelium sp.)
merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili
Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy
Fruit berasal dari Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah
yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan
ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis
Buah rambutan tergolong kedalam buah
non-klimaterik. Dari survey yang telah dilakukan terdapat 22 jenis rambutan
baik yang berasal dari galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari
dua jenis dengan galur yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis
rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk,
warna kulit, panjang rambut). Dari sejumlah jenis rambutan diatas hanya
beberapa varietas rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih
nilai ekonomis relatif tinggi diantaranya:
a)
Rambutan
Rapiah buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulitberwarna
hijau-kuning-merah tidak merata dengan beramut agak jarang, daging buah manis
dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengan daya tahan
dapat mencapai 6 hari setelah dipetik.
b)
Rambutan
Aceh Lebak bulus pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasil rata-rata
160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus.
2.2 Buah Pisang
Pada
umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur
buah & bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah
yg cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yg masih
jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah
waktu yg diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah
tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang
masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen (Salisbury. Et.al,
1995).
Dalam budidaya buah pisang dipanen
bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yg diambil adalah 30 cm dari
pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yg tajam & bersih waktu memotong
tandan. Tandan pisang disimpan dlm posisi terbalik supaya getah dari bekas
potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang
terhindar dari luka yg dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah.
Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama
sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai
setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu
pertumbuhan pada tunas (Salisbury. Et.al, 1995).
Secara
konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi
penguapan & diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan
terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari
tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan
dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan
posisi terbalik dlm beberapa lapisan (Salisbury. Et.al, 1995).
2.3
Sayur Tomat
Tomat
(Lycopersicon esculentum L.) merupakan tanaman asli
dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini bisa tumbuh optimal pada kisaran
suhu 20-27oC dengan curah hujan sekitar 750-1250 mg per tahun.
Budidaya tomat bisa dilakukan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi,
tergantung dari varietasnya. Secara umum tomat tumbuh pada ketinggian 1-1500 m
dpl (Salisbury. Et.al, 1995).
Dewasa
ini terdapat lebih dari 400 varietas tomat yang
ditanam secara global. Ada varietas yang hanya cocok di dataran tinggi seperti
berlian, mutiara dan kada. Ada yang cocok di dataran rendah seperti varietas
intan, ratna dan CLN. Ada juga yang bisa ditanam baik di dataran tinggi maupun
rendah, seperti GH2 dan GH4. Panen tomat
dilakukan sesuai dengan tujuan pemasarannya sehingga perlu diperhitungkan lama
perjalanan sampai di tujuan (Salisbury. Et.al, 1995).
Sebaiknya tomat berada di pasaran pada saat masak
penuh, tetapi tidak terlalu masak atau busuk. Pada saat masak penuh itulah
tomat memperlihatkan penampilannya yang terbaik. Jika tujuan pemasaran adalah
pasar lokal yang jaraknya tidak begitu jauh, dapat ditempuh dalam beberapa jam,
panen sebaiknya dilakukan sewaktu buah masih berwarna kekuning-kuningan.
Sedangkan untuk pemasaran ke tempat yang jauh atau untuk di ekspor, buah
sebaiknya dipetik sewaktu masih berwarna hijau, tetapi sudah tua benar. Atau
8-10 hari sebelum menjadi masak (berwarna merah). Umur petik tergantung
varietas tomat yang ditanam dan kondisi tanaman. Umumnya buah tomat dapat
dipanen pertama pada waktu berumur 2 atau 3 bulan setelah tanam (Salisbury.
Et.al, 1995).
Panen dilakukan beberapa kali, yaitu antara 10-15 kali
pemetikan buah dengan selang 2-3 hari sekali. Pemetikan dapat dilakukan pagi
atau sore hari. Dan, diusahakan buah yang dipetik tidak jatuh atau terluka (Salisbury.
Et.al, 1995).
2.4. Sayur Kacang Panjang
Seperti
sifat sayuran pada umumnya, kacang panjang merupakan komoditi yang tidak tahan
lama, mudah busuk dan cepat menurun kualitasnya. Untuk melindungi hasil panen
dari kerusakan dan mempertahankan kualitas produk agar dapat diterima konsumen
dalam keadaan segar maka perlu dilakukan penanganan panen dan pasca panen.
Penanganan panen dan pascapanen sebaiknya dilakukan secara cermat dan hati-hati
agar diperoleh hasil yang baik (Purwono,2008).
Perlakuan
panen akan mempengaruhi hasil serta proses penanganan selanjutnya. Penanganan
panen yang baik akan memberikan kualitas produksi yang baik pula. Dalam
pemanenan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain usia panen dan
cara panen. Panen kacang panjang dibedakan 2 macam, yaitu panen polong muda dan
panen polong tua atau biji-bijinya. Panen Polong Muda. Pada umumnya pemanenan
polong muda kacang panjang pertama kali dapat dilakukan setelah berumur 45
hari. Umur panen ini tergantung pada varietas, musim dan tinggi rendahnya
daerah penanaman (Pantastico, 1984).
Polong
muda sudah dapat dipanen sesudah terisi penuh dan warna polongnya hijau merata
sampai hijau keputihan. Polong yang muda mudah dipatahkan. Semakin tua polong
akan semakin liat, berserat, dan warnanya menguning. Oleh karena itu, pemanenan
sebaiknya tidak sampai terlambat. Polong yang terlambat dipanen kurang baik
untuk disayur dan tidak dapat dipasarkan (Pantastico, 1984).
Pemanenan
umumnya dilakukan pada pagi hari dan setelah dipanen biasanya kacang panjang
langsung dipasarkan pada siang atau sore harinya. Untuk mendapatkan kacang
panjang segar yang berkualitas baik, polong harus dipanen dengan selang waktu
tiga hari sekali. Setelah tanaman berumur sekitar 3-3,5 bulan pemanenan
dihentikan, pada saat itu biasanya buahnya sudah habis. Panen Polong Tua.
Dilakukan untuk kacang panjang tipe tegak seperti kacang tunggak dan kacang
uci. Ciri-ciri kacang siap dipanen adalah polongnya telah cukup tua, biji-biji
menonjol dan kulit luar berwarna hijau kekuningan. Umur panen 3-3,5 bulan dan
waktu panen pada pagi atau sore hari (Pantastico, 1984).
2.5
Respirasi
Pada
respirasi, oksigen digunakan dan karbondioksida dibebaskan. Oleh karena didalam
cahaya kedua proses itu berlangsung dalam waktu yang sama di dalam sel-sel
tumbuhan, maka akan diketahui sejauh mana pula produk tersebut dimanfaatkan.
Bukti menunjukkan bahwa karbondioksida yang dibentuk dalam respirasi dapat
digunakan dalam proses fotosintesis, sedangkan oksigen yang dibebaskan dalam
fotosintesis dapat dimanfaatkan dalam respirasi (Pantastico, 1984).
Pada
intensitas cahaya yang rendah, kedua proses itu tetap seimbang, sehingga baik
oksigen maupun karbondioksida tidak ada yang masuk maupun yang keluar dari
daun. Intensitas cahaya yang memungkinkan tercapainya keseimbangan dinamakan
titik kompensasi Respirasi merupakan reaksi dari 50 atau lebih reaksi komponen.
Masing masing dikatalis oleh komponen berbeda (Pantastico, 1984).
Perbandingan
antara respirasi dan fotosintesis dapat dilihat dari beberapa perbedaan.
Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup , bahan baku utama adalah glukosa
dan oksigen, berlangsung setiap waktu ( baik siang dan malam), merupakan proses
pelepasan/penggunaan energi, menghasilkan karbondioksida dan air. Sedangkan
fotosintesis terjadi hanya pada organisme yang memiliki klorofil yang berisi
sel-sel, bahan baku utama adalah karbondioksida dan air, berlangsung hanya jika
tersedia cahaya matahari, merupakan proses menghasilkan energi, menghasilkan
glukosa dan juga oksigen (Phan, 1993).
2.5.1 Respirasi Klimaterik
Buah-buahan
klimakterik yang sudah mature, selepas dipanen, secara normal memperlihatkan
suatu laju penurunan pernafasan sampai tingkat minimal, yang diikuti oleh
hentakan laju pernafasan yang cepat sampai ke tingkat maksimal, yang disebut
puncak pernafasan klimakterik (Phan, 1993).
Bila
buah-buahan klimakterik berada pada tingkat maturitas “kemrampo” yang tepat,
dikspos selama beberapa saat dengan konsentrasi ethylene yang lebih tinggi dari
threshold minimal, maka terjadilah rangsangan pematangan yang tidak dapat
kembali lagi (irreversiable ripening) (Phan, 1993).
Mempunyai
peningkatan atau kenaikan laju respirasi sebelum pemasakan, sedangkan buah non
klimaterik tidak menunjukan adanya kenaikan laju respirasi. Contohnya
meliputi pisang, mangga, pepaya, advokad, tomat, sawo, apel
,dan sebagainya (Phan, 1993).
Buah
klimaterik ditandai dengan peningkatan CO2 secara mendadak, yang
dihasilkan selama pematangan. Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang
khas pada buah-buahan tertentu, dimana selama proses tersebut terjadi serangkaian
perubahan biologis yang diawali dengan proses pembentukan etilen, hal tersebut
ditandai dengan terjadinya proses pematangan.
Awal respirasi klimaterik diawali
pada fase pematangan bersamaan dengan pertumbuhan buah sampai konstan. Biasanya
laju kerusakan komoditi pasca panen berbanding langsung dengan laju
respirasinya, walaupun tidak selalu terdapat hubungan konstan antara kapasitas
etilen yang dihasilkannya dengan kemampuan rusaknya suatu komoditi.
2.5.2
Respirasi Nonklimaterik
Pada
buah-buahan non klimakterik terjadi hal yang berbeda artinya tidak
memperlihatkan terjadinya hentakan pernafasan klimakterik. Meskipun buah-buahan
tersebut diekspose dengan kadar ethylene kecil saja, laju pernafasan, kira-kira
sama dengan kadar bila terekspose ethylene ruangan, kalau ada tingkatan laju
pernafasan hanya kecil saja. Tetapi segera setelah itu laju pernafasan kembali
lagi pada laju kondisi istirahat normal, bila kemudian ethylene nya ditiadakan (Phan,
1993).
Dengan
ekspos ethylene terjadilah suatu respon yang kira-kira mirip dapat diamati.
Dalam suatu buah yang telah mature (tetapi belum matang) terjadilah perubahan
parameter yang dialami buah seperti mislnya degreening atau hilangnya warna hijau (Phan, 1993).
Meskipun secara ilmiah dan
physiologis dapat ditunjukkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi yang
memungkinkan untuk melakukan klasifikasi sifat dan tabiat buah-buahan lepas
panen, tetapi parameter yang sangat mudah dan lebih bermanfaat dan bermakna
bagi konsumen adalah parameter perubahan lain yang lebih praktis sifatnya yang
terjadi selama proses pematangan (Phan, 1993).
Parameter-parameter yang dimaksud
adalah : terjadinya pelunakan sera terjadinya sintesa karotinoid. Demikian juga
halnya dengan terjadinya perubahan warna eksternal seperti terjadinya pemecahan
(breakdown), khlorophyl, sehingga membuka tabir lapisan karotenoid dalam kulit
pisang, terjadinya perubahan dari warna hijau menjadi kuning (Phan,
1993).
III. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Percobaan
tentang respirasi dilaksananakan pada hari selasa, kamis, sabtu dan senin
tanggal 18, 20, 22, dan 24 Maret 2014 pukul 19.00 WITA sampai selesai di Jln.
Kalumpang lorong 7, Makassar, Sulawesi Selatan.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat
yang digunakan pada saat melakukan percobaan adalah timbangan, kamera, alat
tulis menulis, dan kulkas.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada
saat percobaan adalah sayur kacang panjang dan tomat serta buah pisang dan buah
rambutan.
3.3 Prosedur kerja
1. Menyiapkan
buah dan sayur yang akan diamati laju respirasinya
2. Mengambil
gambar sayur dan buah sebelum diberi perlakuan
3. Selanjutnya
sayur dan buah klimaterik dan nonklimaterik diberi 3 perlakuan yaitu satu
dengan menyimpannya di freezer, yang kedua di kulkas dan yang ketiga di
ruangan.
4. Mengamatai
Sayur dan buah tersebut 1 kali dalam 2 hari kemudian mengamati perubahan warna
dari buah dan sayur tersebut, ambil gambarnya kemudian timbang massanya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel
1. Hasil pengamatan buah klimaterin dan nonklimaterik
No
|
Perlakuan
|
Komoditi
|
18 Maret 2014
(gr)
|
20 Maret 2014
(gr)
|
22 Maret 2014
(gr)
|
24 Maret 2014
(gr)
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1
|
Freezer
|
Pisang
|
Klimaterik
|
90
|
91
|
92
|
95
|
Tomat
|
40
|
50
|
53
|
55
|
|||
Rambutan
|
Nonklimaterik
|
40
|
41
|
42
|
45
|
||
Kacang panjang
|
20
|
30
|
32
|
32
|
|||
2
|
Kulkas
|
Pisang
|
Klimaterik
|
85
|
86
|
87
|
90
|
Tomat
|
40
|
46
|
46
|
50
|
|||
Rambutan
|
Nonklimaterik
|
20
|
20
|
24
|
30
|
||
Kacang panjang
|
20
|
20
|
24
|
24
|
|||
3
|
Ruangan
|
Pisang
|
Klimaterik
|
80
|
80
|
80
|
80
|
Tomat
|
40
|
46
|
46
|
50
|
|||
Rambutan
|
Nonklimaterik
|
20
|
15
|
10
|
6
|
||
Kacang panjang
|
20
|
12
|
6
|
3
|
Sumber
: Data hasil primer 2014
4.2
Pembahasan
Dari
hasil percobaan yang telah dilakukan maka hasil yang didapatkan yaitu pada
perlakuan penyimpanan pada freezer buah dan sayur klimaterik yaitu pisang dan
tomat mengalami penambahan massa yang awalnya hanya 90 dan 40 gr menjadi 95 dan
55, pada perlakuan penyimpanan di kulkas mempunyai berat awal 85 dan 40 menjadi
90 dan 50, hal ini disebabkan oleh penambahan kadar air ketika berada di suhu
yang sangat dingin.
Sedangkan
pada perlakuan penyimpanan di suhu ruang Buah pisang dan dan sayur tomat ini
massanya tidak mengalami perubahan hanya 80 gr. Hal ini mungkin dikarenakan
oleh suhu yang stabil yang tidak membuat terjadinya proses respirasi yang
cepat. Namun kemungkinan ketepatan pada proses penimbangan tidak sepenuhnya
tepat dikarenakan alat penimbangan yang agak rusak.
Kemudian perubahan warna dari tiap pengamatan
dengan perlakuan penyimpanan freezer yaitu pada buah pisang yang awalnya hijau
kekuningan menjadi hitam, teksturnya menjadi lembek dan berbau agak busuk, buah
pisang melalui proses pematangan berarti dalam hal ini pisang memang termasuk
buah klimaterik. Kemudian selanjutnya tomat yang awalnya berwarna hijau
kekuningan menjadi kuning kehijauan, disini terlihat jelas bahwa laju respirasi
pada buah pisang sangat cepat, hal ini sesuai dengan pendapat Phan (1993) bahwa
buah yang mengandung banyak karbohidrat memiliki laju respirasi yang relative
cepat.
Kemudian
pada pisang dan tomat dengan perlakuan penyimpanan di kulkas hampir sama dengan
perlakuan penyimpanan pada freezer yaitu yang awalnya pisang yang berwarna
hijau kekuningan menjadi hitam, teksturnya menjadi agak lembek dan berbau agak
busuk disini terlihat bahwa laju respirasinya sangat cepat. Sedangkan pada
tomat hampir sama dengan warna tomat pada suhu ruang namun disini tomat pada
perlakuan penyimpanan di kulkas terdapat lingkaran hitam yang agak lembek,
tomat yang awalnya hijau kekuningan menjadi agak berwarna jingga agak
kekuningan, dalam hal ini berarti tomat disini telah mengalami proses pemasakan
dengan laju respirasi yang sedang.
Selanjutnya
pada pisang dan tomat dengan perlakuan penyimpanan pada suhu ruang, warna
pisang yang awalnya hijau kekuningan menjadi kuning kehijauan sedangkan pada
tomat yang awalnya hijau kekuningan menjadi warna jingga dengan tekstur yang
masih padat dan licin. Pada buah dan sayur non klimaterik dengan perlakuan
penyimpanan pada freezer dan kulkas dengan bahan percobaan rambutan dan kacang
panjang terjadi peningkatan massa, hal ini disebabkan karena adanya penambahan
kadar air pada saat penyimpanan pada suhu dingin. Sedangkan pada perlakuan
penyimpanan di suhu ruang massanya berkurang hal ini disebabkan berkurangnya
kadar air pada penyimpanan dengan suhu ruang tinggi
Pada
perlakuan penyimpanan pada freezer warna dari buah rambutan menjadi merah agak
hitam, hal ini hampir sama dengan pada perlakuan penyimpanan pada kulkas namun
lain halnya dengan perlakuan penyimpanan pada suhu ruang karena pada suhu ruang
buah rambutan menjadi hitam agak kemerahan. Buah rambutan pada perlakuan
penyimpanan di freezer mengalami pembusukan, kulit buah menjadi berair hal ini hampir sama dengan perlakuan
penyimpanan di kulkas. Pada perlakuan penyimpanan di suhu ruang rambutan
menjadi membusuk dan kulitnya agak kering, hal ini menandakan bahwa kadar
airnya menurun. Sedangkan kacang panjang pada perlakuan penyimpanan pada
freezer yang awalnya berwarna hijau muda menjadi berwarna hijau pekat lembek
dan berbau busuk, kemudian pada perlakuan penyimpanan pada kulkas kacang
panjang menjadi agak berair dan masih terasa agak padat.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini antara lain sebagai berikut :
1.
Respirasi merupakan proses oksidasi
bahan organik yang terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun
aneorobik.
2.
Laju respirasi pada suhu ruang sangat
cepat dibanding pada freezer dan kulkas, hanya saja pada perlakuan penyimpanan
pada freezer dan kulkas buah dan sayur mengalami peningkatan kadar air berlebih
dan menyebabkan terjadinya kerusakan.
3.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh
ketesediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang
penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang
rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula.
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
respirasi terbagi dua, yaitu: 1) Faktor internal Semakin tinggi tingkat
perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2 yang dihasilkan buah yang
mengandung banyak karbohidrat memiliki laju respirasi yang relative cepat.
5.
Dalam mempertahankan mutu buah dan sayur
agar bertahan lama maka perlu dilakukan penangan pasca panen yang baik misalnya
dengan memberika air pada buah dan sayur agar tampak segar dan menempatkannya
pada suhu yang ideal agar tidak cepat busuk.
5.2
Saran
Sebaiknya dalam
melakukan percobaan menggunakan alat dengan ketelitian yang baik agar tidak
terjadi kesalahan dalam proses penimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Pantastico, E.R.B. 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan
Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika.
Penerjemah Kamariyani. UGM-Press. Yogyakarta.
Phan, L. dan D.Muchtadi. 1993. Fisiologi Tanaman. Gadjah mada
University Press.Yogyakarta.
Poincelot,R.P.1979. Horticulture Principles and Practical Aplication. Prentice-Hall.Inc
Englewood Cliffs.New Jersey.
Purwono dan
R.Hartono. 2008. Kacang Panjang. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Putra,I.2010. Penetapan Kuosien Respirasi jaringan
Tumbuhan.
Salisbury dan C.
W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan.
ITB. Bandung
LAMPIRAN
No
|
Komoditi
|
Hari pertama
|
Hari ke-dua
|
Hari ke-tiga
|
Hari ke-empat
|
1
|
Pisang
|
|
|
|
|
2
|
Tomat
|
|
|
|
|
3
|
Rambutan
|
|
|
|
|
4
|
Kacang
panjang
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar